Oleh: Isnawati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri lagi jika perkembangan
filsafat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini tentu saja tak lepas dari para tokoh-tokoh hebat yang memberikan
pemikiran-pemikiran luar biasa yang menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin pesat. Mengingat apa yang disampaikan oleh Jujun S. Suriasumantri
(1984:1) yang mengatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang berpikir.
Maka pemikiran-pemikiran inilah yang menjadi cikal bakal adanya pengetahuan.
Dimulai dari manusia yang berpikir. Dan pada prosesnya, pemikiran-pemikiran ini
mengalami perkembangan dan perubahan.
Seperti yang kita ketahui jika perkembangan
ilmu pengetahuan begitu pesat dan berpusat pada Yunani. Karena memang disanalah
manusia mulai memahami jika akal dan pikiran merupakan hakikatnya sebagai
manusia dan mulai mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ini.
Pada awalnya kehidupan bangsa Yunani
dipengaruhi oleh mitos-mitos yang mempercayai jika kedudukan Tuhan terpisah
dengan manusia. Hal ini memberikan dampak jika kehidupan sudah diatur
sedemikian rupa sehingga mereka mempercayai kekuatan alam. Hingga pada akhirnya
muncullah sosok-sosok pemikir yang mulai menggeser arah pemikiran dan
kepercayaan pada jaman tersebut. Kepercayaan mulai bergeser pada system yang
memungkinkan manusia untuk mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas,
sekaligus dapat mengembangkan peikiran-pemikiran untuk menghadapi dan
memecahkan berbgai kehidupan/alam dengan akal pikiran (Achmadi, 2007:24).
Pergeseran pola pikir ini terjadi setelah abad
ke-6 SM. Muncul pemikir yang menentang konsep bahwa akal tidak diperlukan dalam
memahami alam semesta. Pemikiran-pemikiran kritis terhadap hakikat alam semesta
pun mulai bermunculan. Sehingga jaman Yunani kuno disebut pula jaman filsafat
alam. Hal ini berkaitan dengan perhatian pemikiran yang mempertanyakan keadaan
disekitar mereka, tentang alam dan gejalanya, atau fenomena-fenomaena yang
terjadi berkaitan dengan alam. Namun pemikiran-pemikiran ini sudah berdasarkan
akal pikiran bukan lagi berdasar pada mitos semata.
Achmadi (2007:24) menerangkan bahwa ahli pikir
pertama yang muncul adalah Thales yang berhasil mengembangkan
geometri dan matematika. Yang kemudian berlanjut pada sosok Anaximander, yang
kehidupan dan pemikirannya akan dibahas secara mendalam pada makalah ini.
Para filosofi Yunani yang pertama tidak lahir
di tanah air sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia minor. Dahulu kala
penduduk Yunani senang merantau karena tanahnya tidak subur dan sepanjang
daratan dilalui oleh bukit barisan, serta teluk-teluknya banyak yang menjorok
ke laut sehingga tidak baik untuk tempat tinggal.
Waktu luang banyak dipergunakan oleh para
perantau tersebut untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan
mengembangkan buah pikiran. Itulah sebabnya Miletos di Asia Minor menjadi
tempat kelahiran para filosof-filosof Yunani pertama seperti: Thales,
Anaximandros dan Anaximenes. Mereka disebut Filosof Alam sebab tujuan filsafat
mereka ialah memikirkan masalah alam besar dan dari mana terjadinya alam.
Pemikiran demikian merupakan pemikiran yang
sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya
menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap oleh
indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Di lain pihak orang cukup puas
menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang, mitos dan
legenda.
1.2 Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.
Bagaimana riwayat hidup tokoh filsafat ?
2.
Bagaimana pendidikan tokoh filsafat Thales dan
Anaximander?
3.
Apakah pemikiran/teori-teori tokoh filsafat Thales
dan Anaximander?
4.
Bagaimana
aplikasi/penerapan teori tokoh filsafat Thales dan Anaximander dengan kehidupan saat ini ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui riwayat hidup
tokoh filsafat Thales dan Anaximander
2.
Untuk mengetahui pendidikan
tokoh filsafat Thales dan Anaximander
3.
Untuk mengetahui pendidikan
tokoh filsafat Thales dan Anaximander
4.
Untuk mengetahui aplikasi/penerapan
teori tokoh filsafat
Thales dan Anaximander dengan
kehidupan saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Thales
·
Kelahirannya
Thales (624-546
SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di
Asia Kecil. Situasi
Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan
berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari
kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani
pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah
seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan
membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari
bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari
pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya
gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan
prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang
tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang
politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di
Lydia. Selain itu,
ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.
Thales
adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6
SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di
dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga
dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi),
yang oleh Aristoteles diberi gelar
'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama
dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales
digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Thales
tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya.
Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang
dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan
tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah,
Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural
philosophy).
·
Pendidikannya
Thales hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi. Oleh
karena itu dia tidak memiliki riwayat pendidikan formal karena pada waktu itu
memang belum ada pendidikan formal. Tetapi, Thales mempelajari ilmu ukur di
Mesir dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari
bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari
pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya
gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan
prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang
tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Pemikiran
Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan
dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada
rasio manusia. Ia juga
dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi),
yang oleh Aristoteles diberi gelar
'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama
dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales
digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
·
Pemikiran/ Teori-Teori
Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales
menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche)
segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang
ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada
sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat
mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut
adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana
semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat
yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain
itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi
dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian
terapung-apung di atasnya.
Pandangan tentang Jiwa
Thales
berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya
terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang
berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada
magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
Teorema Thales
Di
dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema
Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema
Thales berisi sebagai berikut:
1. Sebuah
lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
2. Sudut bagian
dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
3.
Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling
berlawanan akan sama.
4. Sudut yang
terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
5.
Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang
bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Pandangan Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah
memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan
dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales
menyarankan orang-orang Ionia untuk
membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang
memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota
lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan
Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan
tersentralisasi.
·
Aplikasi/Penerapan Teori dengan Kehidupan Saat
Ini
Thales
memiliki pengaruh besar pada para pemikir Yunani lainnya dan oleh karena itu
pada sejarah Barat. Beberapa percaya Anaximander adalah murid Thales.
Sumber-sumber awal melaporkan bahwa salah satu murid Anaximander yang lebih
terkenal, Pythagoras, mengunjungi Thales sebagai seorang pemuda, dan bahwa
Thales menyarankan dia untuk melakukan perjalanan ke Mesir untuk melanjutkan
studi filsafat dan matematika.
Banyak
filsuf Thales diikuti memimpin dalam mencari penjelasan di alam daripada di
supranatural, yang lainnya kembali ke penjelasan supernatural, tapi dibungkus
dalam bahasa filsafat bukan mitos atau agama.
Melihat
khusus pada pengaruh Thales selama era pra-Socrates, jelas bahwa ia berdiri
keluar sebagai salah satu pemikir pertama yang berpikir lebih banyak di jalan
logo dari mitos. Perbedaan antara kedua cara yang lebih mendalam melihat dunia
adalah bahwa mitos terkonsentrasi di sekitar cerita asal kudus itu, sedang logo
terkonsentrasi di sekitar argumentasi. Ketika orang mitos ingin menjelaskan
dunia dengan cara ia melihatnya, ia menjelaskan hal itu didasarkan pada dewa
dan kekuasaan. Pemikiran Mythical tidak membedakan antara hal-hal dan
orang-orang. Dan selanjutnya tidak membedakan antara alam dan budaya. Cara
seorang pemikir logo akan menyajikan pandangan dunia secara radikal berbeda
dari cara pemikir mitos. Dalam bentuk konkret, logo adalah cara berpikir bukan
hanya tentang individualisme [klarifikasi diperlukan], tetapi juga abstrak
[klarifikasi diperlukan]. Selain itu, berfokus pada masuk akal dan
berkesinambungan argumentasi. Ini meletakkan dasar filsafat dan cara untuk
menjelaskan dunia dalam hal argumentasi abstrak, dan bukan di jalan dewa dan
cerita mitos
2.2 Anaximander
·
Kelahirannya
Anaximander atau dalam bahasa Yunani disebut pula sebagai Anaximandros.
Anaximander
adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan
murid dari Thales. Seperti
Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong
sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximander
adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan
tetapi, dari tulisan Anaximander hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga
kini.
Pada saat Plato, filsafatnya hampir dilupakan, dan
Aristoteles, Theophrastus penggantinya dan doxographers beberapa memberikan
kami dengan informasi yang sedikit tertinggal. Namun, kita tahu dari
Aristoteles bahwa Thales, juga dari Miletus, mendahului Anaximander. Hal ini
diperdebatkan apakah Thales sebenarnya adalah guru dari Anaximander, tetapi
tidak ada keraguan bahwa Anaximander dipengaruhi oleh teori Thales 'bahwa
segala sesuatu berasal dari air. Satu hal yang tidak diperdebatkan adalah bahwa
bahkan orang-orang Yunani kuno menganggap Anaximander berasal dari sekolah
Monist yang dimulai di Miletus dengan Thales diikuti oleh Anaximander dan
selesai dengan Anaximenes. 3-Romawi abad retorika Aelian menggambarkan dia
sebagai pemimpin Milesian koloni ke Apollonia di pantai Laut Hitam, dan
karenanya sebagian telah disimpulkan bahwa ia adalah seorang warga negara
terkemuka. Memang, Sejarah Berbagai (III, 17) menjelaskan bahwa filsuf kadang
juga berurusan dengan masalah politik. Hal ini sangat mungkin bahwa para
pemimpin dari Miletus mengirimnya sana sebagai legislator untuk membuat
konstitusi atau hanya untuk menjaga kesetiaan koloni itu.
Menurut
Apollodorus, seorang
penulis Yunani kuno,
Anaximander (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade ke-58 yang
dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena itu, diperkirakan Anaximander lahir
sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximander meninggal
tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya
diperkirakan pada tahun 546 SM.
Menurut
tradisi Yunani kuno, Anaximander memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi
dan geografi. Misalnya saja, Anaximander dikatakan sebagai orang yang pertama
kali membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat dilihat ketika ia
memimpin ekspedisi dari Miletos untuk mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam. Selain itu,
Anaximander telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana
yang dinamakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi
gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena alam seperti
gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk asal-mula
manusia. Kendati ia lebih muda 15 tahun dari Thales, namun ia meninggal dua
tahun sebelum gurunya itu.
·
Pendidikannya
Ia adalah seorang sarjana yang cakap
yang lahir sebelum genap waktu kandungannya, maka dari itu karyanya tidak
begitu diakui oleh dunia. Anaximander adalah bapak teori evolusi, karena ia
tidak mengenal ajaran Islam atau Kristen, tidak pula mengenal ajaran Hindu.
Baginya alam adalah belantara keabadian dalam mana dunia kita juga berada,
tidak ada penciptaan dan pemusnahan, yang ada hanya gerak, evolusi dan
perkembangan abadi, dan dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya.
Orang-orang Yunani kuno menganggap Anaximander berasal dari
sekolah Monist yang dimulai di Miletus dengan Thales diikuti oleh Anaximander
dan selesai dengan Anaximenes.
·
Pemikiran/Teori-Teorinya
Anaximander
merupakan filsuf alam, yang tentunya banyak dari pemikirannya dipengaruhi oleh
perhatian yang cukup besar terhadap alam, lingkungan dan fenomena ataupun
gejala yang berkaitan dengan alam. Anaximander dianggap banyak berjasa pada
bidang astronomi dan geografi. Walaupun Anaximander merupakan murid Thales,
ternyata banyak dari pemikirannya yang berbeda jauh dengan pemikiran gurunya.
Dengan
mengupas satu persatu tiap detail pemikiran Anaximander, kita akan memahami
upaya manusia dalam memandanag dan memahami alam semesta.
a. To
Apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu
Meskipun
Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena
mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche)
segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu,
maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang
berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan
sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu,
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut
dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih
mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera.[3] Anaximandros
mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To
apeiron
berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu
prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi,
abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal
segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan
(yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian
kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Sesungguhnya
banyak pemikiran Anaximander yang bisa dibilang tidak masuk akal dalam
pemikiran modern. Namun bagaimanapun juga pemikirannya patut dihargai dan
justru menjadi cikal bakal pemikiran yang lebih sempurna.
Dalam
hal ini Anaximander juga menjelaskan mengenai asal mula alam semesta.
Pemikirannya bahwa segala sesuatu muncul dari apeiron atau yang tak
terbatas. Aristoteles menuliskan bahwa segalanya memiliki asal atau bahkan
ialah asalnya. Tapi ketidakterbatasan tidak memiliki asal. Untuk itu dia
memiliki batas. Dan alam semesta ini tercipta dari ketidakterbatasan.
Pemikiran
Anaximander yang ditulis oleh Aristoteles mengenai yang tak terbatas ini
sebenarnya masih belum jelas apa sesungguhnya yang tak terbatas yang
dimaksud oleh Anaximander. Beberapa sumber mengatakan bahwa ini berkaitan
dengan pemikiran sebelumnya milik Thales, guru Anaximander sendiri yang
menyebutkan jika alam semesta tercipta dari air. Disinilah Anaximander
menyatakan ketidaksetujuaannya terhadap pemikiran gurunya. Ia menganggap bahwa
tidak mungkin alam semesta ini tercipta dari satu unsur yang dominan. Terlalu
sederhana jika menganggap unsur air sebagai cikal bakal alam semesta yang luas
ini. Untuk itu Anaximander memilih apeiron sebagai awal alam semesta.
Seperti
penjelasan berikut ini, melalui Achmadi (1995:34-35) yang menyatakan bahwa
pemikiran Anaximander tentang arche (asas pertama alam semesta) tidak menunjuk
pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh benda. Seperti yang telah
disebutkan diatas mengenai to apeiron. Hal ini dikarenakan apabila ia
menunjuk salah satu unsur maka tidak akan ada tempat untuk unsur yang
berlawanan karena ia akan bergerak sesuai dengan sifatnya. Penjelasan ini
dipertegas dengan pendapat dari Anaximander yang dituliskan dalam artikel milik
J.J O’Connor dan E.F Robertson (2008) yang memuat to apeiron (yang tidak
terbatas) sebagai prinsip dasar atas segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi,
tidak berubah-ubah, dan meliputi segala sesuatu. Maka segala unsur di jagad
raya ini berasal dari unsur yang berlawanan. Ada panas dan dingin, kering dan
basah, bahkan gelap dan terang.
Berkaitan
dengan apeiron, Anaximander juga menjelaskan pendapatnya mengenai
terciptanya bintang, bulan, planet maupun matahari. Pada awalnya apeiron
berasal dari unsur yang berlawanan yang terus bertumbukan satu sama lain yang
pada akhirnya unsur panas membalut unsur dingin. Unsur dingin menjadi cair dan
juga beku. Bumi berasal dari yang beku ini, api atau panas yang mebalut dingin
berpencar dan teruai menjadi planet, bintang maupun matahari.
Dan bumi
pada awalnya terselimuti lautan kemudian ada sebagian yang mengering karena
panas matahari berubah menjadi daratan.
Picture
2. Apeiron
b. Pandangan tentang Alam Semesta
Dengan
prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam
semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu
yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang
dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu
terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api
yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan
tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari,
bulan, dan bintang-bintang.[5] Bumi dikatakan
berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.[3] Bumi tidak
jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama
dengan semua benda lain.
Mengenai
bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi,
perlu dijelaskan pula mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa
bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus,
maka berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah
itu sebagai laut pada bumi.
Anaximander
juga berkeliling dan menemukan pemukiman yang disebut Apollonia di pesisir Laut
Hitam. Satu hal lagi yang luar biasa dari Anaximander, beliau adalah orang
pertama yang membuat peta.
Peta itu
menujukkan bumi yang berbentuk silinder. Laut Meditearnia berada di tengah dan
pada ujung utara maupun selatan terdapat lautan. Jika diuraikan maka peta milik
Anaximander berbentuk seperti ini:
Picture
1. Peta bumi menurut Anaximander
Anaximander
juga seorang penjelajah yang kritis. Ia menggambarkan dengan cermat apa yang
dilaluinya dan menuangkannya dalam sebuah peta. Inilah pertama kalinya peta
dibuat. Untuk itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Anaximander
merupakan orang pertama yang membuat peta. Dan ia juga orang pertama yang
meninggalkan karyanya dalam bentuk prosa.
c. Pandangan
tentang Makhluk Hidup
Mengenai
terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya
bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di
bumi adalah manusia. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang
mengering dan menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang
naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak
mungkin manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia
memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah
makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di
daratan dan kemudian menjadi manusia.
Mengenai
asal mula kehidupan, Anaximander juga menjelaskan evolusi makhluk hidup yang
berasal dari lautan yaitu ikan. Pemikiran ini didasarkan pada bahwa tidak
mungkin seorang manusia adalah makhluk pertama yang hidup karena manusia
memerlukan pengasuhan pada awal kelahirannya. Oleh karena itu Anaximander
mempercayai bahwa makhluk hidup pertama adalah ikan yang kemudian naik ke
daratan. Dan kemudian mengalami proses yang pada akhirnya berevolusi menjadi
manusia.
Disini
Anaximander menjelaskan bahwa bumi awalnya berupa lautan, oleh karena itu
makhluk yang hidup disana adalah ikan. Karena panas matahari, sebagain dari
bumi mengering dan menjadi daratan. Makhluk hidup ini kemudian berpindah ke
daratan dan lambat laun mengalami perubahan hingga menjadi sosok manusia yang
sempurna. Tentu saja bagi kita pemikiran ini terasa amat ganjil, namun yang
patut kita apresiasi adalah bagaimana ia bisa memikirkan hal demikian. Filsuf
alam menitikberatakan pada apa yang ia amati disekitar lingkungannya.
Anaximander pun sama, dengan berbagai penjelajahan yang ia lakukan, ia pun
menyadari bahwa lautan di bumi ini luas sehingga pastilah dulunya bumi berupa
lautan. Dan pengamatannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
membuatnya menarik kesimpulan bahwa bukan manusia yang menjadi makhluk pertama
atau asal dari kehidupan ini, karena ketergantungan manusia terhadap manusia
lainnya.
d. Bidang
Astronomi
Sesungguhnya
karya berupa tulisan dari Anaximander hanya sedikit yang masih bertahan hingga
sekarang. Lebih banyak yang memperkenalkan pemikiran Anaximander adalah
Aristoteles dan Apollodorus yang mengupas detail pemikiran-pemikiran
Anaximander.
Tulisan
yang paling menakjubkan dari Anaximander adalah pemikirannya mengenai alam,
posisi bintang, penelitian geometri, peta Yunani maupun peta dunia. Dan
karyanya yang terpenting adalah pengenalan prinsip matematika dan ilmiah dalam
studi astronomi maupun geografi.
Membahas
pemikiran Anaximander tentang bidang astronomi in kita mulai dari yang satu ini
bahwa Anaximander percaya bahwa bentuk bumi adalah silinder. Terdengar aneh
memang, tapi coba kita pahami mengapa Anaximander berpikir demikian. Seperti
yang kita ketahui bahwa Anaximander adalah seorang filsuf alam yang
pemikirannya menitikberatkan pada hal yang diamati disekitar mereka (alam,
lingkungan, fenomena dan gejala-gejala alam sendiri). Dan mengapa Anaximander
berpikir demikian, hal ini dikarenakan pada apa yang dilihat oleh Anaximander
dilingkungan sekitarnya, bahkan hal yang terkadang luput dari mata kebanyakan
orang biasa. Sesungguhnya ini berkaitan dengan apa yang kita lihat, jika kita
mengelililingi seseorang maka kita akan melihat lingkaran, hal ini juga sama
ketika kita melihat disekeliling kita, kita pun akan melihat lingkaran.
Fenomena inilah yang akhirnya menuntun Anaximander untuk memperkirakan bentuk
bumi. Kemudian Anaximander menggunakan argumen simetri untuk mempertegas
pendapatnya, yaitu yang menyebutkan bahwa ada lingkaran lain yang sama dengan
silinder diantarnya. Sehingga terpikirlah bahwa bentuk bumi yang kita diami ini
adalah silinder dengan dua lingkaran di ujungnya.
Walaupun
aneh namun inilah titik awal pergolakan pemikiran yang mulai mempertanyakan
hakikat alam semesta, yang sebelumnya hanyalah berdasarkan pada mitologi yang
tidak rasional.
Selain
bentuk bumi, Anaximander juga mengemukakan bahwa matahari, bulan, planet, dan
bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi. Jadi matahari yang terlihat di pagi
hari adalah matahari yang sama yang tenggelam di sore hari dan terbit lagi di
keesokan harinya.
Anaximander
juga menambahkan jika bumi kita merupakan pusat tata surya. Oleh karena itu
bumi tidak jatuh. Beliau juga menyebutkan adanya konsep keseimbangan dimana
bumi berada di pusat keseimbangan di alam semesta ini sehingga tidak akan
jatuh. Konsep inilah yang akhirnya menginsprasi adanya konsep gravitasi dan
bidang astronomi lainnya.
Padahal
seperti yang kita ketahui bahwa kepercayaan bumi ditopang oleh dewa Atlas,
salah seorang dewa titan dalam mitologi Yunani amatlah kental. Dengan dobrakan
pemikiran dari Anaximander yang mulai mempertanyakan kedudukan bumi di alam
semesta ini menjadi titik awal untuk meneliti secara mendalam mengenai alam
semesta.
e. Bidang
Meteorologi
Anaximander
juga termasuk orang yang kritis menanggapi hal-hal yang berhubungan dengan
mitos, pengetahuan kuno, surga bahkan dewa-dewi Yunani. Seperti yang kita
ketahui bahwa Yunani amat kental dengan mitologi dewa-dewinya. Namun disini
Anaximander mempertanyakan semua hal-hal yang berkaitan dengan kisah-kisah
mitologi apalagi yang berkaitan dengan alam.
Seperti
halnya pada bidang meteorology. Anaximander menyatakan bahwa petir bukanlah
disebabkan oleh Zeus sang raja para dewa yang mengarahkan trisulanya atau
tongkat petirnya, tapi karena pneuma atau udara yang memadat.
Selain
itu Anaximander juga menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap yang dibawa ke atas
tepat dibawah matahari. Bukan karena hal-hal yang berhubungan dengan mitologi
dan kekuatan dewa. Namun memang ada sebab dan prosesnya, dan semua itu juga
terjadi secara natural.
Tulisan
Anaximander mengenai cuaca dan bidang meteorology ini merupakan catatan pertama
manusia yang menjelaskan fenomena cuaca berdasarkan pemikiran rasinonal manusia
bukan dari legenda taupun mitos.
f. Penemuan
Lainnya
Penemuan
Anaximander yang lain adalah jam matahari. Jam ini dapat menentukan teangah
hari, atau titik bayangan terendah dan juga sebagai arah mata angin.
Semua
karya Anaximander ditulis berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional, bukan
sekedar mitos. Sebagai seorang yang rasionalis, Anaximander menuliskan
penelitiannnya berdasarkan penghitungan geometri dan matematika.
Disini
juga terlihat jelas perhatian Anaximander terhadap matematika maupun geomatri
yang sangat besar. Penelitiannya selalu didasarkan pada konsep perhitungan
geometri. Bahkan ada beberapa sumber yang menyatakan jika Anaximander mampu
memprediksi gempa maupun gerhana dengan perhitungan geometri tersebut. Karena
konsep Anaximander juga, trigonometri berkembang.
Dan
mengenai perhitungannya terhadap kedudukan bumi, matahari, bulan, planet dan
benda angkasa lainnya Anaximander juga menggunakan perhitungan geometri. Dengan
demikian sesungguhnya banyak sekali penemuan dan penelitian dari Anaximander
yang patut dikaji dan menjadi titik awal perkembangan ilmu pengetahuan modern.
·
Aplikasi/Penerapan Teori dengan Kehidupan Saai
Ini
Jaman
Yunani kuno banyak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf alam yang menitikberatkan
penelitiannya pada alam atau benda yang diamati. Hal ini terjadi karena jaman
Yunani kuno sebenarnya adalah jaman dimana tumbuhnya kesadaran manusia untuk
mempergunakan akalnya dalam memahami alam semesta. Yunani banyak dipengaruhi
oleh kisah-kisah mitologi dan dewa-dewi yang menjadikan pemikiran masyarakatnya
menganggap bahwa kehidupan ini sudah berjalan dengan segala aturan dari dewa.
Namun pada abad ke-6 SM terjadi pergeseran pemikiran yang kemudian
mempertanyakan hakikat alam semesta ini dari sudut pandang rasional atau akal.
Hal
ini dimulai dari Thales, filsuf pertama yang memberikan pengaruh yang kuat
sehingga muncullah filsuf-filsuf yang lain yang mulai kritis dalam menanggapi
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. Termasuk kepada Anaximander yang
merupakan murid sekaligus keponakan dari Thales sendiri.
Namun
yang menakjubkan adalah banyak dari pemikiran Anaximander yang tidak sejalan
dengan pemikiran gurunya, apalagi mengenai pembentukan alam semesta.
Anaximander berpendapat bahwa alam semesta berasal dari apeiron (yang
tak terbatas dalam bahasa Yunani). Selain pendapatnya mengenai alam semesta,
Anaximander juga mengemukakan pendapatnya mengenai kedudukan bumi, matahari,
bulan, bintang dan benda luar angkasa lainnya. Selain itu banyak jasanya yang
dicurahkan pada bidang astronomi maupun geogarafi.
Dalam
hal ini Anaximander dikenal juga orang pertama yang membuat peta. Selain itu
Anaximander juga kritis dalam menanggap permasalahan yang berkaitan dengan
cuaca atau meteorology dan berani menentang konsep-konsep dalam mitologi dengan
menggunakan rasionalitas yang berpegang pada prinsip geometri maupun logika.
Dengan demikian apa yang disampaikan oleh Anaximander ini patut untuk kita kaji
dalam perspektif yang bijak.
Anaximander
melalui tulisan Aristoteles, Apollodorus, dan juga Diogenes Laertius. Apa yang
ditulis Apollodorus mengenai Anaximander ternyata muncul 500 tahun kemudian
setelah kemunculan Anaximander sendiri. Sementara Aristoteles menuliskannya 500
tahun kemudian setelah Apollodorus. Ini menunjukkan bahwa Anaximander membawa
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, yang pada
perkembangannya banyak dikembangkan oleh filsuf-filsuf lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a. Thales
- Filosof alam pertama adalah Thales yang hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi. Di kalangan orang-orang Yunani pada waktu itu ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta saplioi yaitu tujuh orang yang bijaksana, atau the seven wise men atau Al-Hukania as-Sab’ah
- Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke negara Mesir, ia menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke Yunani. Thales juga memiliki ilmu tentang cara mengukur tinggi piramid-piramid dari bayangannya, cara mengukur jauhnya kapal di laut dari sebuah pantai, Thales juga mempunyai teori tentang banjir tahunan Sungai Nil di Mesir. Bahkan ia juga berhasil meramalkan terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 Sebelum Masehi
- Meneurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air. Menurut Thales tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir dari tempat yang lembab, bakteri-bakteri yang hidup berkembang di daerah yang lembab, bakteri memakan sesuatu yang lembab dan kelembaban berasal dari air. Dari air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.
- Bagi Thales semua kehidupan berasal dari air, bahkan air berasal dari air. Air adalah causa prima dari segala yang ada dan yang jadi. Di awal air dan di ujung air, atau dengan perkataan filosofis air adalah substrat (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut tak ada jarak pemisah antara hidup dengan mati semuanya satu
- Naluriah imanen Thales adalah animisme yang memepercayai bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang menyakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoime.
b. Anaximandros
- Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari tahun 610-547 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu
- Ia tidak menerima apa saja yang diajarkan oleh gurunya ttg asal usul kehidupan, yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak, tetapi yang satu itu bukan air
- Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti-hentinya yang disebutnya dengan“Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini
- Dari Apeiron keluar bermula yang panas dan yang dingin. Yang panas membalut yang dingin, sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Sebab itu yang dingin itu menjadi bumi. Dan dari yang dingin itu timbul pula yang cair dan yang beku sebagai dua belah yang bertentangan. Api yang membalut yang bulat tadi pecah pula, dan pecahan-pecahannya itu berputar-putar seperti jalan roda. Karena putarannya itu timbullah di antaranya berbagai lubang. Pecahan-pecahan api itu terpisah-pisah, dan menjadi matahari, bulan dan bintang.
- Makhluk pertama kali yang tercipta adalah makhluk yang hidup di air
- Manusia bermula tak serupa dengan manusia sekarang, sebab orang yang dilahirkan dalam bentuk bayi sekarang memerlukan asuhan orang lain bertahun-tahun lamanya,. Menurut Anaximandros makhluk seperti itu tidak bisa hidup pada permulaan penghidupan di atas dunia ini. Pada penghidupan bermula itu satu-satunya yang sanggup menolong dirinya sendiri dengan segera, sejak dari lahirnya hanyalah makhluk seperti ikan. Ikan sejak dilahirkan sanggup menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan dari yang lainnya
- Kelebihan pandangan Anaximandros dibandingkan gurunya (Thales) adalah Thales beranggapan bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang juga berhingga, sedangkan Anaximandros meletakkan bahwa barang asal itu adalah sesuatu yang tak berhingga dengan tiada dapat diserupai
3.2
Saran
Agar makalah ini lebih sempurna maka penulis berharap kepada semua
pihak agar memberi sumbangan pikiran, kritik maupun saran yang positif demi kesempurnaannya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Achmadi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
-
Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu dalam
Perspektif. Jakarta: Gramedia
-
http://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/11/anaximanders_ed.pdf
(diakses tgl 18 Maret 2013 jam 12.30 wita)
-
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/05/anaximander-biografi-dan-pemikiran/(diakses tgl 15
Maret 2013 jam 10.00 wita)
-
http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/16/filsafat-pendidikan/(Diakses tanggal 15 Maret 2013 jam 09.15 wita)
-
http://www.thefamouspeople.com/profiles/thales-263.php (Diakses tanggal 24 Maret 2013 jam 13.30 wita)
SANGAT MEMBANTU THANK YA SHOB
BalasHapus