Rabu, 13 November 2013

Makalah Ahli Filsafat Thales dan Anaximander



Oleh: Isnawati

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri lagi jika perkembangan filsafat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini tentu saja tak lepas dari para tokoh-tokoh hebat yang memberikan pemikiran-pemikiran luar biasa yang menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat. Mengingat apa yang disampaikan oleh Jujun S. Suriasumantri (1984:1) yang mengatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang berpikir. Maka pemikiran-pemikiran inilah yang menjadi cikal bakal adanya pengetahuan. Dimulai dari manusia yang berpikir. Dan pada prosesnya, pemikiran-pemikiran ini mengalami perkembangan dan perubahan.
Seperti yang kita ketahui jika perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat dan berpusat pada Yunani. Karena memang disanalah manusia mulai memahami jika akal dan pikiran merupakan hakikatnya sebagai manusia dan mulai mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ini.
Pada awalnya kehidupan bangsa Yunani dipengaruhi oleh mitos-mitos yang mempercayai jika kedudukan Tuhan terpisah dengan manusia. Hal ini memberikan dampak jika kehidupan sudah diatur sedemikian rupa sehingga mereka mempercayai kekuatan alam. Hingga pada akhirnya muncullah sosok-sosok pemikir yang mulai menggeser arah pemikiran dan kepercayaan pada jaman tersebut. Kepercayaan mulai bergeser pada system yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan peikiran-pemikiran untuk menghadapi dan memecahkan berbgai kehidupan/alam dengan akal pikiran (Achmadi, 2007:24).
Pergeseran pola pikir ini terjadi setelah abad ke-6 SM. Muncul pemikir yang menentang konsep bahwa akal tidak diperlukan dalam memahami alam semesta. Pemikiran-pemikiran kritis terhadap hakikat alam semesta pun mulai bermunculan. Sehingga jaman Yunani kuno disebut pula jaman filsafat alam. Hal ini berkaitan dengan perhatian pemikiran yang mempertanyakan keadaan disekitar mereka, tentang alam dan gejalanya, atau fenomena-fenomaena yang terjadi berkaitan dengan alam. Namun pemikiran-pemikiran ini sudah berdasarkan akal pikiran bukan lagi berdasar pada mitos semata.
Achmadi (2007:24) menerangkan bahwa ahli pikir pertama yang muncul  adalah Thales yang  berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Yang kemudian berlanjut pada sosok Anaximander, yang kehidupan dan pemikirannya akan dibahas secara mendalam pada makalah ini.
Para filosofi Yunani yang pertama tidak lahir di tanah air sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia minor. Dahulu kala penduduk Yunani senang merantau karena tanahnya tidak subur dan sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan, serta teluk-teluknya banyak yang menjorok ke laut sehingga tidak baik untuk tempat tinggal.
Waktu luang banyak dipergunakan oleh para perantau tersebut untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan buah pikiran. Itulah sebabnya Miletos di Asia Minor menjadi tempat kelahiran para filosof-filosof Yunani pertama seperti: Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Mereka disebut Filosof Alam sebab tujuan filsafat mereka ialah memikirkan masalah alam besar dan dari mana terjadinya alam.
Pemikiran demikian merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap oleh indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang, mitos dan legenda.


1.2  Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.    Bagaimana riwayat hidup tokoh filsafat   ?
2.    Bagaimana pendidikan tokoh filsafat Thales dan Anaximander?
3.    Apakah pemikiran/teori-teori tokoh filsafat Thales dan Anaximander?
4.    Bagaimana aplikasi/penerapan teori tokoh filsafat Thales dan Anaximander dengan kehidupan saat ini ?





1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui riwayat hidup tokoh filsafat Thales dan Anaximander
2.    Untuk mengetahui pendidikan tokoh filsafat Thales dan Anaximander
3.    Untuk mengetahui pendidikan tokoh filsafat Thales dan Anaximander
4.    Untuk mengetahui aplikasi/penerapan teori tokoh filsafat Thales dan Anaximander dengan kehidupan saat ini




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Thales
·         Kelahirannya
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).

·         Pendidikannya
Thales hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi. Oleh karena itu dia tidak memiliki riwayat pendidikan formal karena pada waktu itu memang belum ada pendidikan formal. Tetapi, Thales mempelajari ilmu ukur di Mesir dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.

·         Pemikiran/ Teori-Teori
Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
Pandangan tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
Teorema Thales
Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales berisi sebagai berikut:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/44/Thales%27_Theorem_Simple.svg/100px-Thales%27_Theorem_Simple.svg.png
Jika AC adalah sebuah diameter, maka sudut B adalah selalu sudut siku-siku
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d5/Thales_theorem_1.png/200px-Thales_theorem_1.png
1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan akan sama.
4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.

Pandangan Politik
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/04/MiletusIonicStoa.jpg/220px-MiletusIonicStoa.jpg
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.  
·         Aplikasi/Penerapan Teori dengan Kehidupan Saat Ini
Thales memiliki pengaruh besar pada para pemikir Yunani lainnya dan oleh karena itu pada sejarah Barat. Beberapa percaya Anaximander adalah murid Thales. Sumber-sumber awal melaporkan bahwa salah satu murid Anaximander yang lebih terkenal, Pythagoras, mengunjungi Thales sebagai seorang pemuda, dan bahwa Thales menyarankan dia untuk melakukan perjalanan ke Mesir untuk melanjutkan studi filsafat dan matematika.
Banyak filsuf Thales diikuti memimpin dalam mencari penjelasan di alam daripada di supranatural, yang lainnya kembali ke penjelasan supernatural, tapi dibungkus dalam bahasa filsafat bukan mitos atau agama.
Melihat khusus pada pengaruh Thales selama era pra-Socrates, jelas bahwa ia berdiri keluar sebagai salah satu pemikir pertama yang berpikir lebih banyak di jalan logo dari mitos. Perbedaan antara kedua cara yang lebih mendalam melihat dunia adalah bahwa mitos terkonsentrasi di sekitar cerita asal kudus itu, sedang logo terkonsentrasi di sekitar argumentasi. Ketika orang mitos ingin menjelaskan dunia dengan cara ia melihatnya, ia menjelaskan hal itu didasarkan pada dewa dan kekuasaan. Pemikiran Mythical tidak membedakan antara hal-hal dan orang-orang. Dan selanjutnya tidak membedakan antara alam dan budaya. Cara seorang pemikir logo akan menyajikan pandangan dunia secara radikal berbeda dari cara pemikir mitos. Dalam bentuk konkret, logo adalah cara berpikir bukan hanya tentang individualisme [klarifikasi diperlukan], tetapi juga abstrak [klarifikasi diperlukan]. Selain itu, berfokus pada masuk akal dan berkesinambungan argumentasi. Ini meletakkan dasar filsafat dan cara untuk menjelaskan dunia dalam hal argumentasi abstrak, dan bukan di jalan dewa dan cerita mitos


2.2 Anaximander
·         Kelahirannya
Anaximander atau dalam bahasa Yunani disebut pula sebagai Anaximandros. Anaximander adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximander adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximander hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
Pada saat Plato, filsafatnya hampir dilupakan, dan Aristoteles, Theophrastus penggantinya dan doxographers beberapa memberikan kami dengan informasi yang sedikit tertinggal. Namun, kita tahu dari Aristoteles bahwa Thales, juga dari Miletus, mendahului Anaximander. Hal ini diperdebatkan apakah Thales sebenarnya adalah guru dari Anaximander, tetapi tidak ada keraguan bahwa Anaximander dipengaruhi oleh teori Thales 'bahwa segala sesuatu berasal dari air. Satu hal yang tidak diperdebatkan adalah bahwa bahkan orang-orang Yunani kuno menganggap Anaximander berasal dari sekolah Monist yang dimulai di Miletus dengan Thales diikuti oleh Anaximander dan selesai dengan Anaximenes. 3-Romawi abad retorika Aelian menggambarkan dia sebagai pemimpin Milesian koloni ke Apollonia di pantai Laut Hitam, dan karenanya sebagian telah disimpulkan bahwa ia adalah seorang warga negara terkemuka. Memang, Sejarah Berbagai (III, 17) menjelaskan bahwa filsuf kadang juga berurusan dengan masalah politik. Hal ini sangat mungkin bahwa para pemimpin dari Miletus mengirimnya sana sebagai legislator untuk membuat konstitusi atau hanya untuk menjaga kesetiaan koloni itu.
Menurut Apollodorus, seorang penulis Yunani kuno, Anaximander (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena itu, diperkirakan Anaximander lahir sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximander meninggal tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya diperkirakan pada tahun 546 SM.
Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximander memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja, Anaximander dikatakan sebagai orang yang pertama kali membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat dilihat ketika ia memimpin ekspedisi dari Miletos untuk mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam. Selain itu, Anaximander telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk asal-mula manusia. Kendati ia lebih muda 15 tahun dari Thales, namun ia meninggal dua tahun sebelum gurunya itu.

·         Pendidikannya
Ia adalah seorang sarjana yang cakap yang lahir sebelum genap waktu kandungannya, maka dari itu karyanya tidak begitu diakui oleh dunia. Anaximander adalah bapak teori evolusi, karena ia tidak mengenal ajaran Islam atau Kristen, tidak pula mengenal ajaran Hindu. Baginya alam adalah belantara keabadian dalam mana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan pemusnahan, yang ada hanya gerak, evolusi dan perkembangan abadi, dan dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya.
Orang-orang Yunani kuno menganggap Anaximander berasal dari sekolah Monist yang dimulai di Miletus dengan Thales diikuti oleh Anaximander dan selesai dengan Anaximenes.


·         Pemikiran/Teori-Teorinya
Anaximander merupakan filsuf alam, yang tentunya banyak dari pemikirannya dipengaruhi oleh perhatian yang cukup besar terhadap alam, lingkungan dan fenomena ataupun gejala yang berkaitan dengan alam. Anaximander dianggap banyak berjasa pada bidang astronomi dan geografi. Walaupun Anaximander merupakan murid Thales, ternyata banyak dari pemikirannya yang berbeda jauh dengan pemikiran gurunya.
Dengan mengupas satu persatu tiap detail pemikiran Anaximander, kita akan memahami upaya manusia dalam memandanag dan memahami alam semesta.
a. To Apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu
Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera.[3] Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Sesungguhnya banyak pemikiran Anaximander yang bisa dibilang tidak masuk akal dalam pemikiran modern. Namun bagaimanapun juga pemikirannya patut dihargai dan justru menjadi cikal bakal pemikiran yang lebih sempurna.
Dalam hal ini Anaximander juga menjelaskan mengenai asal mula alam semesta. Pemikirannya bahwa segala sesuatu muncul dari apeiron atau yang tak terbatas. Aristoteles menuliskan bahwa segalanya memiliki asal atau bahkan ialah asalnya. Tapi ketidakterbatasan tidak memiliki asal. Untuk itu dia memiliki batas. Dan alam semesta ini tercipta dari ketidakterbatasan.
Pemikiran Anaximander yang ditulis oleh Aristoteles mengenai yang tak terbatas ini sebenarnya masih belum jelas apa sesungguhnya yang tak terbatas yang dimaksud oleh Anaximander. Beberapa sumber mengatakan bahwa ini berkaitan dengan pemikiran sebelumnya milik Thales, guru Anaximander sendiri yang menyebutkan jika alam semesta tercipta dari air. Disinilah Anaximander menyatakan ketidaksetujuaannya terhadap pemikiran gurunya. Ia menganggap bahwa tidak mungkin alam semesta ini tercipta dari satu unsur yang dominan. Terlalu sederhana jika menganggap unsur air sebagai cikal bakal alam semesta yang luas ini. Untuk itu Anaximander memilih apeiron sebagai awal alam semesta.
Seperti penjelasan berikut ini, melalui Achmadi (1995:34-35) yang menyatakan bahwa pemikiran Anaximander tentang arche (asas pertama alam semesta) tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh benda. Seperti yang telah disebutkan diatas mengenai to apeiron. Hal ini dikarenakan apabila ia menunjuk salah satu unsur maka tidak akan ada tempat untuk unsur yang berlawanan karena ia akan bergerak sesuai dengan sifatnya. Penjelasan ini dipertegas dengan pendapat dari Anaximander yang dituliskan dalam artikel milik J.J O’Connor dan E.F Robertson (2008) yang memuat to apeiron (yang tidak terbatas) sebagai prinsip dasar atas segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tidak berubah-ubah, dan meliputi segala sesuatu. Maka segala unsur di jagad raya ini berasal dari unsur yang berlawanan. Ada panas dan dingin, kering dan basah, bahkan gelap dan terang.
Berkaitan dengan apeiron, Anaximander juga menjelaskan pendapatnya mengenai terciptanya bintang, bulan, planet maupun matahari. Pada awalnya apeiron berasal dari unsur yang berlawanan yang terus bertumbukan satu sama lain yang pada akhirnya unsur panas membalut unsur dingin. Unsur dingin menjadi cair dan juga beku. Bumi berasal dari yang beku ini, api atau panas yang mebalut dingin berpencar dan teruai menjadi planet, bintang maupun matahari.
Dan bumi pada awalnya terselimuti lautan kemudian ada sebagian yang mengering karena panas matahari berubah menjadi daratan.
Picture 2. Apeiron

      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Anaximander_cosmology-en.svg/280px-Anaximander_cosmology-en.svg.png
b. Pandangan tentang Alam Semesta
Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang.[5] Bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.[3] Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan pula mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut pada bumi.
Anaximander juga berkeliling dan menemukan pemukiman yang disebut Apollonia di pesisir Laut Hitam. Satu hal lagi yang luar biasa dari Anaximander, beliau adalah orang pertama yang membuat peta.
Peta itu menujukkan bumi yang berbentuk silinder. Laut Meditearnia berada di tengah dan pada ujung utara maupun selatan terdapat lautan. Jika diuraikan maka peta milik Anaximander berbentuk seperti ini:
Picture 1. Peta bumi menurut Anaximander
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Anaximander_world_map-nl.svg/200px-Anaximander_world_map-nl.svg.png
Anaximander juga seorang penjelajah yang kritis. Ia menggambarkan dengan cermat apa yang dilaluinya dan menuangkannya dalam sebuah peta. Inilah pertama kalinya peta dibuat. Untuk itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Anaximander merupakan orang pertama yang membuat peta. Dan ia juga orang pertama yang meninggalkan karyanya dalam bentuk prosa.
c. Pandangan tentang Makhluk Hidup
Mengenai terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi adalah manusia. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi manusia.
Mengenai asal mula kehidupan, Anaximander juga menjelaskan evolusi makhluk hidup yang berasal dari lautan yaitu ikan. Pemikiran ini didasarkan pada bahwa tidak mungkin seorang manusia adalah makhluk pertama yang hidup karena manusia memerlukan pengasuhan pada awal kelahirannya. Oleh karena itu Anaximander mempercayai bahwa makhluk hidup pertama adalah ikan yang kemudian naik ke daratan. Dan kemudian mengalami proses yang pada akhirnya berevolusi menjadi manusia.
Disini Anaximander menjelaskan bahwa bumi awalnya berupa lautan, oleh karena itu makhluk yang hidup disana adalah ikan. Karena panas matahari, sebagain dari bumi mengering dan menjadi daratan. Makhluk hidup ini kemudian berpindah ke daratan dan lambat laun mengalami perubahan hingga menjadi sosok manusia yang sempurna. Tentu saja bagi kita pemikiran ini terasa amat ganjil, namun yang patut kita apresiasi adalah bagaimana ia bisa memikirkan hal demikian. Filsuf alam menitikberatakan pada apa yang ia amati disekitar lingkungannya. Anaximander pun sama, dengan berbagai penjelajahan yang ia lakukan, ia pun menyadari bahwa lautan di bumi ini luas sehingga pastilah dulunya bumi berupa lautan. Dan pengamatannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia membuatnya menarik kesimpulan bahwa bukan manusia yang menjadi makhluk pertama atau asal dari kehidupan ini, karena ketergantungan manusia terhadap manusia lainnya.

d. Bidang Astronomi
Sesungguhnya karya berupa tulisan dari Anaximander hanya sedikit yang masih bertahan hingga sekarang. Lebih banyak yang memperkenalkan pemikiran Anaximander adalah Aristoteles dan Apollodorus yang mengupas detail pemikiran-pemikiran Anaximander.
Tulisan yang paling menakjubkan dari Anaximander adalah pemikirannya mengenai alam, posisi bintang, penelitian geometri, peta Yunani maupun peta dunia. Dan karyanya yang terpenting adalah pengenalan prinsip matematika dan ilmiah dalam studi astronomi maupun geografi.
Membahas pemikiran Anaximander tentang bidang astronomi in kita mulai dari yang satu ini bahwa Anaximander percaya bahwa bentuk bumi adalah silinder. Terdengar aneh memang, tapi coba kita pahami mengapa Anaximander berpikir demikian. Seperti yang kita ketahui bahwa Anaximander adalah seorang filsuf alam yang pemikirannya menitikberatkan pada hal yang diamati disekitar mereka (alam, lingkungan, fenomena dan gejala-gejala alam sendiri). Dan mengapa Anaximander berpikir demikian, hal ini dikarenakan pada apa yang dilihat oleh Anaximander dilingkungan sekitarnya, bahkan hal yang terkadang luput dari mata kebanyakan orang biasa. Sesungguhnya ini berkaitan dengan apa yang kita lihat, jika kita mengelililingi seseorang maka kita akan melihat lingkaran, hal ini juga sama ketika kita melihat disekeliling kita, kita pun akan melihat lingkaran. Fenomena inilah yang akhirnya menuntun Anaximander untuk memperkirakan bentuk bumi. Kemudian Anaximander menggunakan argumen simetri untuk mempertegas pendapatnya, yaitu yang menyebutkan bahwa ada lingkaran lain yang sama dengan silinder diantarnya. Sehingga terpikirlah bahwa bentuk bumi yang kita diami ini adalah silinder dengan dua lingkaran di ujungnya.
Walaupun aneh namun inilah titik awal pergolakan pemikiran yang mulai mempertanyakan hakikat alam semesta, yang sebelumnya hanyalah berdasarkan pada mitologi yang tidak rasional.
Selain bentuk bumi, Anaximander juga mengemukakan bahwa matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi. Jadi matahari yang terlihat di pagi hari adalah matahari yang sama yang tenggelam di sore hari dan terbit lagi di keesokan harinya.
Anaximander juga menambahkan jika bumi kita merupakan pusat tata surya. Oleh karena itu bumi tidak jatuh. Beliau juga menyebutkan adanya konsep keseimbangan dimana bumi berada di pusat keseimbangan di alam semesta ini sehingga tidak akan jatuh. Konsep inilah yang akhirnya menginsprasi adanya konsep gravitasi dan bidang astronomi lainnya.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwa kepercayaan bumi ditopang oleh dewa Atlas, salah seorang dewa titan dalam mitologi Yunani amatlah kental. Dengan dobrakan pemikiran dari Anaximander yang mulai mempertanyakan kedudukan bumi di alam semesta ini menjadi titik awal untuk meneliti secara mendalam mengenai alam semesta.

e. Bidang Meteorologi
Anaximander juga termasuk orang yang kritis menanggapi hal-hal yang berhubungan dengan mitos, pengetahuan kuno, surga bahkan dewa-dewi Yunani. Seperti yang kita ketahui bahwa Yunani amat kental dengan mitologi dewa-dewinya. Namun disini Anaximander mempertanyakan semua hal-hal yang berkaitan dengan kisah-kisah mitologi apalagi yang berkaitan dengan alam.
Seperti halnya pada bidang meteorology. Anaximander menyatakan bahwa petir bukanlah disebabkan oleh Zeus sang raja para dewa yang mengarahkan trisulanya atau tongkat petirnya, tapi karena pneuma atau udara yang memadat.
Selain itu Anaximander juga menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap yang dibawa ke atas tepat dibawah matahari. Bukan karena hal-hal yang berhubungan dengan mitologi dan kekuatan dewa. Namun memang ada sebab dan prosesnya, dan semua itu juga terjadi secara natural.
Tulisan Anaximander mengenai cuaca dan bidang meteorology ini merupakan catatan pertama manusia yang menjelaskan fenomena cuaca berdasarkan pemikiran rasinonal manusia bukan dari legenda taupun mitos.

f. Penemuan Lainnya
Penemuan Anaximander yang lain adalah jam matahari. Jam ini dapat menentukan teangah hari, atau titik bayangan terendah dan juga sebagai arah mata angin.
Semua karya Anaximander ditulis berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional, bukan sekedar mitos. Sebagai seorang yang rasionalis, Anaximander menuliskan penelitiannnya berdasarkan penghitungan geometri dan matematika.
Disini juga terlihat jelas perhatian Anaximander terhadap matematika maupun geomatri yang sangat besar. Penelitiannya selalu didasarkan pada konsep perhitungan geometri. Bahkan ada beberapa sumber yang menyatakan jika Anaximander mampu memprediksi gempa maupun gerhana dengan perhitungan geometri tersebut. Karena konsep Anaximander juga, trigonometri berkembang.
Dan mengenai perhitungannya terhadap kedudukan bumi, matahari, bulan, planet dan benda angkasa lainnya Anaximander juga menggunakan perhitungan geometri. Dengan demikian sesungguhnya banyak sekali penemuan dan penelitian dari Anaximander yang patut dikaji dan menjadi titik awal perkembangan ilmu pengetahuan modern.




·         Aplikasi/Penerapan Teori dengan Kehidupan Saai Ini
Jaman Yunani kuno banyak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf alam yang menitikberatkan penelitiannya pada alam atau benda yang diamati. Hal ini terjadi karena jaman Yunani kuno sebenarnya adalah jaman dimana tumbuhnya kesadaran manusia untuk mempergunakan akalnya dalam memahami alam semesta. Yunani banyak dipengaruhi oleh kisah-kisah mitologi dan dewa-dewi yang menjadikan pemikiran masyarakatnya menganggap bahwa kehidupan ini sudah berjalan dengan segala aturan dari dewa. Namun pada abad ke-6 SM terjadi pergeseran pemikiran yang kemudian mempertanyakan hakikat alam semesta ini dari sudut pandang rasional atau akal.
Hal ini dimulai dari Thales, filsuf pertama yang memberikan pengaruh yang kuat sehingga muncullah filsuf-filsuf yang lain yang mulai kritis dalam menanggapi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. Termasuk kepada Anaximander yang merupakan murid sekaligus keponakan dari Thales sendiri.
Namun yang menakjubkan adalah banyak dari pemikiran Anaximander yang tidak sejalan dengan pemikiran gurunya, apalagi mengenai pembentukan alam semesta. Anaximander berpendapat bahwa alam semesta berasal dari apeiron (yang tak terbatas dalam bahasa Yunani). Selain pendapatnya mengenai alam semesta, Anaximander juga mengemukakan pendapatnya mengenai kedudukan bumi, matahari, bulan, bintang dan benda luar angkasa lainnya. Selain itu banyak jasanya yang dicurahkan pada bidang astronomi maupun geogarafi.
Dalam hal ini Anaximander dikenal juga orang pertama yang membuat peta. Selain itu Anaximander juga kritis dalam menanggap permasalahan yang berkaitan dengan cuaca atau meteorology dan berani menentang konsep-konsep dalam mitologi dengan menggunakan rasionalitas yang berpegang pada prinsip geometri maupun logika. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh Anaximander ini patut untuk kita kaji dalam perspektif yang bijak.
Anaximander melalui tulisan Aristoteles, Apollodorus, dan juga Diogenes Laertius. Apa yang ditulis Apollodorus mengenai Anaximander ternyata muncul 500 tahun kemudian setelah kemunculan Anaximander sendiri. Sementara Aristoteles menuliskannya 500 tahun kemudian setelah Apollodorus. Ini menunjukkan bahwa Anaximander membawa pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, yang pada perkembangannya banyak dikembangkan oleh filsuf-filsuf lainnya.
































BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Thales
  • Filosof alam pertama adalah Thales yang hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi. Di kalangan  orang-orang Yunani pada waktu itu ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta saplioi yaitu tujuh orang yang bijaksana, atau the seven wise men atau Al-Hukania as-Sab’ah
  • Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke negara Mesir, ia menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke Yunani. Thales juga memiliki ilmu tentang cara mengukur tinggi piramid-piramid dari bayangannya, cara mengukur jauhnya kapal di laut dari sebuah pantai, Thales juga mempunyai teori tentang banjir tahunan Sungai Nil di Mesir. Bahkan ia juga berhasil meramalkan terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 Sebelum Masehi
  • Meneurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air. Menurut Thales tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir dari tempat yang lembab, bakteri-bakteri yang hidup berkembang di daerah yang lembab, bakteri memakan sesuatu yang lembab dan kelembaban berasal dari air. Dari air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.
  • Bagi Thales semua kehidupan berasal dari air, bahkan air berasal dari air. Air adalah causa prima dari segala yang ada dan yang jadi. Di awal air dan di ujung air, atau dengan perkataan filosofis air adalah substrat (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut tak ada jarak pemisah antara hidup dengan mati semuanya satu
  • Naluriah imanen Thales adalah animisme yang memepercayai bahwa bukan hanya yang hidup saja  yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang menyakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoime.


b. Anaximandros
  • Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari tahun 610-547 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu
  • Ia tidak menerima apa saja yang diajarkan oleh gurunya ttg asal usul kehidupan, yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak, tetapi yang satu itu bukan air
  • Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti-hentinya  yang disebutnya dengan“Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini
  • Dari Apeiron keluar bermula yang panas dan yang dingin. Yang panas membalut yang dingin, sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Sebab itu yang dingin itu menjadi bumi. Dan dari yang dingin itu timbul pula yang cair dan yang beku sebagai dua belah yang bertentangan. Api yang membalut yang bulat tadi pecah pula, dan pecahan-pecahannya itu berputar-putar seperti jalan roda. Karena putarannya itu timbullah di antaranya berbagai lubang. Pecahan-pecahan api itu terpisah-pisah, dan menjadi matahari, bulan dan bintang.
  • Makhluk pertama kali yang tercipta adalah makhluk yang hidup di air
  • Manusia bermula tak serupa dengan manusia sekarang, sebab orang yang dilahirkan dalam bentuk bayi sekarang memerlukan asuhan orang lain bertahun-tahun lamanya,. Menurut Anaximandros makhluk seperti itu tidak bisa hidup pada permulaan penghidupan di atas dunia ini. Pada penghidupan bermula itu satu-satunya yang sanggup menolong dirinya sendiri dengan segera, sejak dari lahirnya hanyalah makhluk seperti  ikan. Ikan sejak dilahirkan sanggup menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan dari yang lainnya
  • Kelebihan pandangan  Anaximandros dibandingkan gurunya (Thales) adalah Thales beranggapan bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang juga berhingga, sedangkan Anaximandros meletakkan bahwa barang asal itu adalah sesuatu yang tak berhingga dengan tiada dapat diserupai


3.2 Saran
Agar makalah ini lebih sempurna maka penulis berharap kepada semua pihak agar memberi sumbangan pikiran, kritik maupun saran  yang positif demi kesempurnaannya.




















DAFTAR PUSTAKA
-        Achmadi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada

-        Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia



-        http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximander( Diakses tanggal 24 Maret 2013 jam 12.00 wita)

-        http://id.wikipedia.org/wiki/Thales (Diakses tanggal 24 Maret 2013 jam 10.20 wita)

-        http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/16/filsafat-pendidikan/(Diakses tanggal 15 Maret 2013 jam 09.15 wita)

-        http://www.thefamouspeople.com/profiles/thales-263.php (Diakses tanggal 24 Maret 2013 jam 13.30 wita)

-        www.filsafatilmu.com (Diakses tanggal 15 Maret 2013 jam 09.20 wita)

-        www.thebigview.com/greeks/anaximander.html (Diakses tanggal 18 Maret 2013 jam 11.00 wita)












1 komentar: